Telusur Muasal Penamaan Gunung Kawi
Info, Sangkawi.com - Gunung Kawi merupakan batas alam antara Kabupaten Blitar dengan Kabupaten Malang. Gunung Kawi berada dekat dengan Gunung Butak, malang Jawa Timur Indonesia. Tidak ada catatan sejarah mengenai letusan gunung berapi ini.
Gunung ini cukup dikenal sebagai gunung terbesar dengan banyaknya perbukitan yang mengelilinginya. Selain dikenal sakral karena salah satunya, adalah dengan adanya tempat ziarah yakni, Pesarean Gunung Kawi.
Gunung Kawi ditilik dari segi historis, ternyata telah dikenal sejak masa pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan, yang berpusat di daerah Malang.
Hal ini dibuktikan dengan peninggalan Kerajaan Kanjuruhan berupa informasi penting tentang keberadaannya yang termaktub dalam Prasasti Dinoyo I, yang bertarikh Saka 682 (760 Masehi).
Dalam Prasasti tersebut memuat inti tentang adanya seorang raja yang bijaksana dan berkuasa yang bernama Dewasigha. Di bawah naungan pemerintahannya, api putikecwara memancarkan sinarnya, yang menerangi kelilingnya. Putranya, yakni raja Gajayana seorang pelindung manusia memiliki putri yang bernama Uttejana. Raja tersebut memberi ketentraman kepada Brahmana dan rakyat pemuja Agastya. Raja membuat bangunan suci (candi) yang sangat bagus bagi sang maharesi (Agastya) untuk membinasakan penyakit yang menghilangkan (semangat) (Poerbatjaraka, 1976: 92-98).
BACA JUGA TENTANG SEJARAH LAINNYA DISINI
BACA JUGA TENTANG MISTERI DISINI
BACA JUGA SEPUTAR DUNIA SUPRANATURAL DISINI
Berdasarkan keterangan dalam Kitab Tantu Pagelaran, Agastya mendapatkan pertapaan di Gunung Kawi. Semenjak itu Gunung Kawi menjadi miliknya, yakni sebagai tanda penugasan bagi Batara Guru (Ciwa).
Berikut kutipan dari teks Tantu Panggelaran:
”Ucapen ta laksana bhatara Jagatwicesa, anggasta yinuganira hinasti, siniramning tatwamrtha ciwamba, yinuganira matmahana dewata purusangkara. Inararan bhagawan Agasti, inanugrahan kawikun de bhatara, kinwan matyapaha ring gunung kawi. Tinher makadrwya kang gunung kawi pinakapacihna pawkas bhatara Guru” (Pigeaud (1924: 92).
Artinya:
”Untuk bicara tentang cara-cara Batara Jagadwicesa; dia mengarahkan yoganya pada ibu jarinya, dan menjadikannya abu, yang kemudian disiramnya dengan air suci Tattwamrta dan melakukan yoga, sehingga menjadi dewata bertubuh manusia. Dia mendapatkan nama Agasti yang terhormat; sebagai tanda kehormatan dia menerima kedudukan wiku dari Bhatara, dan menerima perintah melakukan pertapaan di Gunung Kawi. Sejak itu gunung Kawi menjadi miliknya, sebagai tanda penugasan Bhatara Guru” (Poerbatjaraka, 1992: 40).
Adapun nama “Kawi” berasal dari kata “Kavya (Kawi)”, yang berarti syair yang dilagukan. Ada pula yang menghubungkan istilah ini dengan “awi” yang berarti golongan orang-orang di antara “watek i jro” (manilala drwya haji) (Zoedmulder, 1995: 475 ; 86).
Oleh karenanya, Gunung Kawi adalah sebuah gunung yang pada masa lampau banyak dikenal oleh para pertapa, resi atau pujangga sebagai tempat pertapaan dan tempat pembuatan syair (Kawi).
Sedang menurut wikipedia, Bahasa Kawi adalah suatu jenis bahasa yang pernah berkembang di Pulau Jawa pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha nusantara dan dipakai dalam penulisan karya-karya sastra.
Istilah kawi sendiri bermakna "penyair". Sedangkan karya sastra yang dihasilkan oleh Sang Kawi disebut dengan nama kakawin. Biasanya kakawin berupa rangkaian puisi yang mengikuti pola-pola tertentu.
Silahkan ditambahkan bagi rekan yang memiliki informasi seputar kesejarahan Gunung Kawi berikut data, naskah, dongeng, asal bukan mimpi 😄 untuk melengkapi 👍
Sumber Berbagai Refrensi
Gunung ini cukup dikenal sebagai gunung terbesar dengan banyaknya perbukitan yang mengelilinginya. Selain dikenal sakral karena salah satunya, adalah dengan adanya tempat ziarah yakni, Pesarean Gunung Kawi.
Gunung Kawi ditilik dari segi historis, ternyata telah dikenal sejak masa pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan, yang berpusat di daerah Malang.
Hal ini dibuktikan dengan peninggalan Kerajaan Kanjuruhan berupa informasi penting tentang keberadaannya yang termaktub dalam Prasasti Dinoyo I, yang bertarikh Saka 682 (760 Masehi).
Dalam Prasasti tersebut memuat inti tentang adanya seorang raja yang bijaksana dan berkuasa yang bernama Dewasigha. Di bawah naungan pemerintahannya, api putikecwara memancarkan sinarnya, yang menerangi kelilingnya. Putranya, yakni raja Gajayana seorang pelindung manusia memiliki putri yang bernama Uttejana. Raja tersebut memberi ketentraman kepada Brahmana dan rakyat pemuja Agastya. Raja membuat bangunan suci (candi) yang sangat bagus bagi sang maharesi (Agastya) untuk membinasakan penyakit yang menghilangkan (semangat) (Poerbatjaraka, 1976: 92-98).
BACA JUGA TENTANG SEJARAH LAINNYA DISINI
BACA JUGA TENTANG MISTERI DISINI
BACA JUGA SEPUTAR DUNIA SUPRANATURAL DISINI
Berdasarkan keterangan dalam Kitab Tantu Pagelaran, Agastya mendapatkan pertapaan di Gunung Kawi. Semenjak itu Gunung Kawi menjadi miliknya, yakni sebagai tanda penugasan bagi Batara Guru (Ciwa).
Berikut kutipan dari teks Tantu Panggelaran:
”Ucapen ta laksana bhatara Jagatwicesa, anggasta yinuganira hinasti, siniramning tatwamrtha ciwamba, yinuganira matmahana dewata purusangkara. Inararan bhagawan Agasti, inanugrahan kawikun de bhatara, kinwan matyapaha ring gunung kawi. Tinher makadrwya kang gunung kawi pinakapacihna pawkas bhatara Guru” (Pigeaud (1924: 92).
Artinya:
”Untuk bicara tentang cara-cara Batara Jagadwicesa; dia mengarahkan yoganya pada ibu jarinya, dan menjadikannya abu, yang kemudian disiramnya dengan air suci Tattwamrta dan melakukan yoga, sehingga menjadi dewata bertubuh manusia. Dia mendapatkan nama Agasti yang terhormat; sebagai tanda kehormatan dia menerima kedudukan wiku dari Bhatara, dan menerima perintah melakukan pertapaan di Gunung Kawi. Sejak itu gunung Kawi menjadi miliknya, sebagai tanda penugasan Bhatara Guru” (Poerbatjaraka, 1992: 40).
Adapun nama “Kawi” berasal dari kata “Kavya (Kawi)”, yang berarti syair yang dilagukan. Ada pula yang menghubungkan istilah ini dengan “awi” yang berarti golongan orang-orang di antara “watek i jro” (manilala drwya haji) (Zoedmulder, 1995: 475 ; 86).
Oleh karenanya, Gunung Kawi adalah sebuah gunung yang pada masa lampau banyak dikenal oleh para pertapa, resi atau pujangga sebagai tempat pertapaan dan tempat pembuatan syair (Kawi).
Sedang menurut wikipedia, Bahasa Kawi adalah suatu jenis bahasa yang pernah berkembang di Pulau Jawa pada zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha nusantara dan dipakai dalam penulisan karya-karya sastra.
Istilah kawi sendiri bermakna "penyair". Sedangkan karya sastra yang dihasilkan oleh Sang Kawi disebut dengan nama kakawin. Biasanya kakawin berupa rangkaian puisi yang mengikuti pola-pola tertentu.
Silahkan ditambahkan bagi rekan yang memiliki informasi seputar kesejarahan Gunung Kawi berikut data, naskah, dongeng, asal bukan mimpi 😄 untuk melengkapi 👍
Sumber Berbagai Refrensi
Telusur Muasal Penamaan Gunung Kawi
Reviewed by Timexpose
on
September 24, 2017
Rating: