SEJARAH GRESIK II : Sidayu, Dari Kadipaten Menjadi Kawedanan Lalu Kecamatan

Sangkawi.com - Ajar Kenal Kesejarahan Gresik II.
IKHTIAR LESTARIKAN BANGUNAN EKS KAWEDANAN PADA KAWASAN CAGAR BUDAYA SIDAYU
Oleh: M. Dwi Cahyono




 Sidayu, dari Kadipaten menjadi Kawedanan

lalu Kecamatan
Gresik sudah dikenal sejak abad ke-11 ketika tumbuh menjadi pusat perdagangan, yang bukan hanya antar pulau melaiukan meluas hingga ke berbagai negara. Sebagai Kota Bandar, Gresik banyak dikunjungi pedagang Cina, Arab, Gujarat, Kalkuta, Siam, Bengali, Campa dan lainnya, Gresik kian tampil menonjol semenjak berkembangnya Islam di Tanah Jawa. Menurur cacatan Tome Pires dalam ‘Suma Oriental’, penguasa di Gresik pada sekitar tahun 1411 adalah seorang Cina kelahiran Guangzhou. Kala itu Gresik menjadi pelabuhan dagang internasional besar. Pires yang menyinggahinya pada abad ke-16 menjuluki dengan "permata Pulau Jawa di antara pelabuhan dagang".

Pada abad ke-16 Sedayu dibawah pimpinan penguasa bernama Pate Amiza, keponakan Pate Moroh dari Rembang dan bersepupu dengan Pate Unus (Adipati Unus) dan Pate Rodim (Raden Patah). Pires juga menyebut nama ‘Pate Bagus’, saudara dari Ayah Pate Amiza. Diallah yang sebenarnya memerintah negeri itu. Dalam hal demikian, Sedayu merupakan wilayah pe-sisir yang otonom, setara dengan wilayah-wilayah pesisir lainnya. Posisi Sidayu mulai merosot pada abad 17. Daerah ini menjadi bagian atau berada dibawah kekuasaan Surabaya. Ketika Surabaya terlibat pertempuran melawan Mataram, Sidayu nusti turut membantu. Situasai itu membawa Sidayu menjadi daerah taklukkan Mataram – semenjak Surabaya dikalahkan oleh Mataram (tahun 1625). Sidayu kemudian jatuh ke dalam kekuasaan VOC manakala Mataram kehilangan kontrolnya atas Daerah Pesisir Timur Jawa sejak tahun 1743 pasca pemberontakan Cakraningrat IV.

BACA JUGA : MALANG : Peran Historis Kanjuruhan


Pada tahun 1746 Sidayu masuk dalam afdeeling Gresik – bersama dengan Kadipaten Gresik dan Lamongan (Sutjipto, 1983). Afdeeling adalah suatu daerah administratif setingkat kadipaten/kabupaten, dijabat oleh pejabat Eropa, yang terdiri dari satu atau lebih kadipaten/ka-bupetan. Bila adipati/bupati adalah pemimpin kadipaten/kabupaten, maka pemimpin afdeeling adalah asisten residen, yang bertanggungjawab langsung kepada residen. Selama kekuasaan VOC, Sidayu diwajibkan untuk memenuhi beberapa kewajiban. Salah satu diantaranya adalah menyetor beras. Pada tahun 1747 Adipati Sidayu dan Lamongan menyetor 127 koyang beras, namun masih berhutang 458 koyang dari setoran di tahun sebelumnya. Memasuki awal abad 20 Kadipeten Sidayu mulai mengalami kemunduran. Kemungkinan terkait dengan ‘kebijakan pelabuhan’dari Kompeni Belanda yang memutuskan untuk menutup pelayaran internasional di beberapa pelabuhan yang secara ekonomis tidak menguntungkan. Pelabuhan Gresik ditutup bagi pelayaran internasional sejak 1825, dan ada kemungkinan Sidayu juga mengalami nasib sama.

Sejak berdirinya pada tahun 1675. Kadipaten Sedayu dipimpin oleh 10 adipati. Diantara kesepuluh adipati itu yang amat kesohor bernama ‘Kanjeng Sepuh Sedayu (1816-1855)’, yang merupakan adipati ke-8. Beliau adalah aulia dan sekaligus pemimpin besar di Sidayu. Menurut K. Ridwad Ahmad dari Djawatan Penerangan RI Kecamatan Sidayu dalam penuturannya pada tanggal 25 Februari 1957, Kanjeng Sepuh Sedayu adalah ahli strategi yang berjasa menentram-kan dan melindungi ralyatnya dari berbagai teror selama Masa Penjajahan Belanda. Dalam sebuah rapat bersama para pejabat Kolonial, dengan beraninya Beliau usulkan nama pasar di Surabaya, dengan nama ‘Kabean’ – kini dinamai ‘Pasar Pabean’, yang berarti untuk semua. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk penolakannya terhadap diskri-minasi dan kenaikan pajak, lantaran pemerintah kolonial Belanda membeda-bedakan pedagang dengan maksud untuk menaikkan pajak.

BACA JUGA : Khasanah Sejarah Kota Malang : Kekayaan Sejarah CELAKET 1


 Beliau juga dekat dengan rakyat. Diam-diam di malam hari berkeliling ke seluruh wilayah kadipaten, yang meliputi Sedayu, Lamongan, Babat, hingga Jombang, untuk melihat kehidupan sehari-hari warga berserta problematika yang dihadapinya. Kanjeng Sepuh Sedayu adalah seorang adipati yang berpihak kepada rakyat kecil. Sang adipati yang gemar memelihara kuda ini menyandang nama gelar ‘Kyai Penembahan Haryo Soeryo Diningrar’ atau ‘Raden Adipati Suryoningrat’ . Beliau wafat pada tahun 1856 dan dimakamkan di komoleks makam di belakang Masjid Agung Sedayu.

Pada awal abad ke-20, tepatnya sejak tahun 1935, riwayat Kabupaten Sidayu berakhir. Wilayahnya dilebur jadi satu dengan Kabupaten Gresik, dengan status sebagai ‘kawedanan’, yang membawahi 5 (lima) kecamatan. Dalam perkembangannya, Kabupaten Gresik pun turun status – sehubungan perkembangan Surabaya yang cukup pesat, yang memaksa dihapuskannya status Gresik sebagai Kabupaten dan digabung dengan Kabupaten Surabaya pada tahun 1934. Status Gresik dan juga Sidayu sebagai kawedanan dibawah Kabupaten Surabaya itu memasuki Masa Kemerdekaan RI dan baru berakhir tahun 1974 – lantan status ‘kabupaten’ bagi Surabaya dihapuskan berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 1974.

Semenjak itu, seluruh kegiatan pemerintahan berangsur-angsur direlokasi ke daerah Gresik, dan namanya berganti dengan ‘Kabupaten Daerah Tingkat II Gresik’, dengan pusat pemerintahan di Kota Gresik. H. Soeflan merupakan bupati pertama Gresik di Era Kemerdekaan RI. Dengan didirikannya Pabrik Semen Gresik pada tahun1953, Gresik memasuki titik awal industrialisasi. Kawasan permukiman pun makin melebar, yang disertai dengan relokasi pusat pemerintahan Gresik ke kawasan Bunder. Pada tahun 1999 status Sidayu sebagai ‘kawedanan’ berakhir dan diganti menjadi ‘kecamatan’ dalam wilayah Kabupa-ten Gresik berdasarkan Perda No.22 tahun 1999. Oleh karena itu, kini Sidayu hanya merupakan satu diatara 18 kecamatan di Kabupaten Gresik, yang berada di bagian utara.
Bersambung........

BACA JUGA : Khasanah Sejarah & Peninggalan Budaya Nusantara Lainnya Disini
SEJARAH GRESIK II : Sidayu, Dari Kadipaten Menjadi Kawedanan Lalu Kecamatan SEJARAH GRESIK II : Sidayu, Dari Kadipaten Menjadi Kawedanan Lalu Kecamatan Reviewed by Timexpose on Juni 09, 2017 Rating: 5