Petilasan & Makam Pangeran Suryo Negoro



Sejarah - Edisi Kepahlawanan Cirebon.

PETILASAN & MAKAM PANGERAN SURYANEGARA (P.Arya Panengah Abukayat Suryakusuma bin Sultan Sepuh IV) SERTA TRADISI NGUNJUNG

Pangeran Suryanegara adalah tokoh penyiar Agama Islam sekaligus tokoh penentang kekuasaan kolonial Belanda.
Berjuang bersama Pangeran Raja Kanoman, Pangeran Djayawikarta, Mbah Muqoyyim Buntet, Bagus Rangin, Bagus Serit, dan bbrp tokoh lagi.

Dalam menyiarkan Agama Islam maupun menentang kekuasaan kolonial Belanda itu, ia lakukan di luar keraton. Ini ia lakukan karena sebagai seorang penentang kekuasaan Kolonial Belanda harus hidup di luar keraton. Dan ini tidak lain disebabkan pada masa itu keraton sudah ada dalam kontrol pemerintah kolonial Belanda (Darus).

Mengingat apa yang ia lakukan sebagai seorang penyiar ajaran Islam dan penentang kekuasaan asing mengharuskannya bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, tidak mengherankan wilayah tempat berkiprahnya meliputi banyak tempat dalam wilayah yang cukup luas. Tempat-tempat itu tidak hanya ada di wilayah Cirebon, tetapi juga di wilayah Kuningan, Majalengka dan Indramayu. Berikut ini beberapa nama tempat sekaligus keterkaitannya dengan kiprah maupun peninggalan Pangeran Suryanegara:




Wanayasa. Tempat ini merupakan tempat dimana ia menyebarkan agama Islam dengan mendapatkan banyak murid. Dan di tempat ini ia mempersunting seorang gadis bernama Nyi Endang Rambut Kasih. Entah memiliki hubungan dengan nama gadis itu atau tidak, tidak jauh dari tempat di mana mereka tinggal, terdapat mata air yang bernama Sindangkasih (Dinas).

Desa Mertasinga, Gunungjati. Tempat ini merupakan tempat dimana Pangeran Suryanegara berniat mendirikan keraton. Namun karena ditentang Sultan Kanoman yg menyatakan cukup 2 kesultanan di Cirebon spt malam & siang. Usianya juga sudah keburu tua, maka keraton yang dibuatnya tidak terwujud. Namun demikian walau beliau tidak dapat mewujudkan keinginannya itu. Gapura yang akan digunakan sebagai gapura keraton dan dapat kita saksikan sekarang. Gapura ini sekarang dikenal dengan “Siblang Wong” atau “Lawanggede.

Desa Kedondong, Kecamatan Susukan. Tempat ini merupakan tempat Pangeran Suryanegara bertempur melawan Belanda. Dalam pertempuran ini Pangeran Suryanegara dibantu oleh Ki Bagus Rangin. Dan dalam pertempuran ini ia berperan sebagai Komandan.

Desa Lemahtamba, Kecamatan Suranenggala. Di desa ini peninggalan Pangeran Suryanegara adalah sumur.

Karangampel di Kabupaten Indramayu. Peninggalan yang ditinggalkan Pangeran Suryanegara adalah makom.
Desa Silebu, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan. Di tempat ini terdapat kolam dan sawah peninggalan Pangeran Suryanegara (Darus).

Desa bulak di Jatibarang, Indramayu. Tempat ini adalah tempat di mana Pangeran Suryanegara dipercayai telah memperlihatkan kekuatannya. Di tempat ini beliau telah mengubah mereka yang dianggap tidak baik menjadi monyet. Pengubahan ini dilakukan setelah beliau melihat kebiasaan warga yang bekerja sambil makan dengan mengutuknya hingga menjadi monyet. Monyet-monyet ini sekarang dapat disaksikan di suatu kawasan di Desa Bulak (Dinas).




Selain itu nama tempat-tempat lainnya yang memiliki hubungan dengan Pangeran Suryanegara, tercatat nama Desa Grogol, Kecamatan Gunungjati, dan Desa Sumber, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka (Darus).

Selain itu saat ini nama Pangeran Suryanegara telah digunakan sebagai nama jalan yang terdapat di Kota Cirebon. Jalan yang menggunakan nama Pangeran Suryanegara itu adalah dulu bernama Jalan Pagongan, jalan yang menghubungkan Jalan Syekh Abdurrahman (Jalan Bahagia) dengan Jalan Tentara Pelajar. Mungkin penggunaan nama Pangeran Suryanegara sebagai nama jalan ini adalah untuk menghormati apa yang pernah ia lakukan sebagai seorang yang menentang kekuasaan kolonial Belanda.

Dalam suatu riwayat, pada awalnya, Pangeran Suryanegara dimakamkan di Gunung Sembung, Desa Astana, Gunungjati. Pemindahan jasad dilakukan karena ada keberatan pihak keraton (Keraton Kasepuhan) jika ia dimakamkan di tempat itu. Keberatan pihak keraton ini terkait dengan penentangannya atas kekuasaan Belanda khususnya campur tangan Belanda dalam kehidupan keraton (Sugiono).

Hal yang menarik lain dari makam ini adalah setiap tahun digelar acara ngunjung / khaol. Acara ini dilakukan selama 2 hari berturut-turut dan selalu dilakukan pada hari kamis dan jum’at dengan hari jum’at yang merupakan jum’at kliwon.
Selama 2 hari tersebut, digelar rangkaian acara kegiatan. Di antara acara itu adalah Tawasulan yang dilakukan para ibu yang tinggal di sekitar makam yang dilakukan pada awal rangkaian acara, tepatnya kira-kira pukul 09.00 – 10.00 di hari kamis. Selain itu dalam acara ngunjung / khaol digelar pula acara ritual dan pengajian umum. Puncak dari acara ini adalah acara mengunjungi makam Pangeran Suryanegara yang dilakukan pada saat Ba’da Ashar (Ashar) di hari kamis menjelang hari jum’atnya itu. Tidak ketinggalan pula dalam rangkaian acara ini digelar beberapa atraksi hiburan baik siang maupun malam. Atraksi hiburan yang biasa dipentaskan yakni mulai dari yang tradisional, yakni tari topeng dan sintren, hingga yang modern seperti organ tunggal. Dan sesungguhnya acara mengunjungi makam Suryanegara ini merupakan inti dari acara ngunjung / khaol. Acara Ngunjung / khaol ini berisi tentang pengabdian dan mengenang kepada leluhur sebagai tanda penghormatan dan rasa terima kasih atas jasa-jasanya yang telah diberikan kepada masyarakat dan daerah (Panitia).
Selain itu setiap tahun dirayakan Mauludan. Berbeda dengan ngunjung / khaol, pada mauludan tidak diadakan atraksi hiburan. Pada mauludan keramaian tampak sebatas adanya pedagang yang berdagang di pelataran parkir dan pinggir jalan akses menuju makam Pangeran Suryanegara (Darus).

MAKAM
Situs dengan luas bangunan ±192 M2 ini berlokasi di Gang Kramat, Jalan Pendidikan, RT. 05 / 08 Kampung Wanacala, Kelurahan Harjamukti, dan Kecamatan Harjamukti (Dinas). Secara koordinat situs berada pada - 6⁰ 45’ 18.84”LS / 108⁰ 32’ 4.96” BT. Situs memiliki batas dengan Gang Kramat pada bagian utara, pemukiman penduduk pada bagian timur dan selatan, dan Gang Kramat serta Sungai Sipadu pada bagian barat. Sementara itu situs yang berada pada lahan berdasarkan tembok keliling seluas ± 2.698 m2 ini dimiliki Kesultanan Kasepuhan dengan dikelola Juru Kunci (Dinas) yang masih memiliki hubungan famili dengan Kesultanan Kasepuhan (Darus).
Makam Pangeran Suryanegara sendiri berada di pemakaman yang terbagi atas pemakaman keluarga, terutama keluarga keturunan dari Pangeran Suryanegara, dan pemakaman umum (Darus). Pemakaman sendiri begitu rindang karena terdapat banyak pohon-pohon yang sangat tinggi dan besar yang diperkirakan berumur ratusan tahun, seperti sawo kecik, kesambi, kepuh, dan mundu. Selain itu terdapat pohon nagasari, pohon yang sudah sangat langka yang mana di wilayah Cirebon hanya terdapat di area pemakaman Suryanegara (Duryatno) dan Gunung Sembung (Darus).
Dalam sejarahnya makam baru dibuatkan cungkup pada tahun 1973 dengan biaya dari donatur. Sedangkan pada tahun 1983 makam mendapatkan rehabilitasi untuk pertama kalinya. Selain itu kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan / perawatan fisik dalam 10 tahun terakhir berturut-turut meliputi pembangunan musollah berukuran + 4 x 5 M yang juga dibiayai donatur (Darus), dan Gapura dengan jalan setapak beserta kamar mandi dengan WCnya, yang dibiayai oleh Pemerintah Kota Cirebon tahun anggaran 2009 (Adin Imaduddin Nur ) disarikan oleh P.A. Fachri M.


Petilasan & Makam Pangeran Suryo Negoro Petilasan & Makam Pangeran Suryo Negoro Reviewed by Timexpose on Januari 23, 2017 Rating: 5