Save Situs Sekaran - Malang

Foto : Dok. Dwi cahyono - Patembayan Citralenka

LANTAI BUBUK BATA PADA KOMPINEN ARSITEKTUR DI SITUS SEKARAN : Mungkinkah Situs Sekaran Kadatwan Nagari Kabalan?
Oleh : M. Dwi Cahyono

A. Lantai Bubuk Bata patanda Status Sosial Pemiliknya.
Ada beragam bahan untuk membuat lantai. Ada lantai dari tanah lempung dicampur kotoran hewan. Ada lantai lapisan semen. Ada lantai marmer, keramik hingga lantai lapisan batu granit. Ternyata, pada masa lalu bubuk bata yang diperkeras juga pernah digunakan untuk bahan pelapis lantai. Temuan di Situs Sekaran menjukkan bukti tentang itu.

 Salah satu struktur yang berupa tatanan bata-bata merah pada susi depan suatu bangunan rumah tinggal -- semacam teras rumah di masa kini, menggunakan bubuk bata tebal yang diperkeras sebagai lapis atas, menjadi semacam lantai. Sayang sekali tidak diperoleh gambaran seberapa luas lapisan demikian digunakan, apakah hingga lantai bagian dalam rumah tinggal? Tidak diperoleh kepastian, karena struktur bata dibelakangnya dalam kondisi tidak utuh lagi.
Dengan adanya latai bubuk bata pada temuan itu, cukup alasan untuk menafsirkan bahwa pemilik bangunan sangat boleh jadi bukan warga kelas sisial rendah. Paling tidak dari kelas sosial menengah keatas, yakni kaum bangsawan (ksatria).

 Hipotesis ini menjadi lebih kuat bila benar bahwa struktur gapura yang berada di depannya, bila utuh, berbentuk padhuraksa yang telah runtuh. Jika benar demikian, dengan bahan pembanding arsitektur tradisional di Bali, rumah tinggal bergapura jenis padhuraksa adalah rumah tinggal jenis puri milik kasta ksatri atau jenis griya milik kasta Brahmana.

 Hipotesis bahwa hasil ekskavasi di Situs Sekaran merupakan komplex bulding (bukan single building) dari warga kelas sosial mengengah ke atas, terdukung oleh temuan penyera yang berupa mata uang asing (koin Ciba), keramik asing (asal Cina), asesoris emas yang berupa anting-anting (kundala), gagang dan bingkai cermin (darpana) berbahan perunggu, talam dan perangkat kinangan, gerabah berwarna keputihan dengan pehias garis warna merah, dsb.

B. undikator Permukiman Bangsawan pada Situs Sekaran.

Terbayang bahwa permukiman di Situs Sekaran adalah rumah tinggal jelas menengah keatas, yang merupakan bagian dari permukiman di perkotaan kuno (ancuent city). Hal ini secara toponimis terbayang pada adanya undur topinimi "puro" dari nama Desa "Sekarpuro" padamana Dusun Sekaran -- tempat keberadaan Situs Sekaran -- berada di sisi barat rencana Jalan Tol Malang-Pandaan (Mapan).

 Kata "puro" dalam bahasa Jawa Baru disebut "pyra" dalam bahasa Jawa Tengahan dan Jawa Kuna, diserap dari kata Sanskreta, yang secara harafiah berarti: benteng, istana, kota, apartemen wanita, keraton, tempat tinggal raja, ibukota kerajaan (Zoetmulder, 1995:802).

Yang patut dicermati, di sub-area timur Malang paling tidak terdapat empat tempat bertetangga  yang berunsur toponimi "puro", yaitu : 
(1) Desa Sekarpuro di sebelah utara, (2) Keluragan Madyopuro di bagian tenfah -- dalam peta tahun 1930-an dinamai "Ngadipuro Tengah (kata "madyo" bersinonim arti dengan kata "tengah"), (3) Kelurahan Lesanpuro di sebelah selatan, dan (4) Dusun Ngadipuro di sebelah timur- utara, yang terdiri atas Ngadipuro Lirc dan Ngadipuro Tengah. 

Mustinya, dahulu terdapat satu tempat disebelah barat yang memiliki nama "........ + puro", yang boleh jadi berlokasi di areal Petum Sawojajar I sekarang. Jika benar demikian, tergambar adanya formula "4 + 1", yakni formula cismik yang terdiri atas empat penjuru mata angin ditambah sentrum. 

Kawasan dengan undur toponimi "puro" itu konon merupakan kawasan kota kuno, yang paling tidak embrionya telah ada semenjak paro pertama abad X hingga paro kedua abad XV dalam Masa Hindu-Buddha (era kerajaan Mataram hingga Majapahit), dan bahkan berlanjut hingga abad XVI dan XII di era Gribik Senior dan Gribik Yuniior pada Masa Pertumbuhan-Perkembangan Islam.

Ada kemungkinan, konon Sekarpuro dan Ngadipuro adalah sebuh desa kuno, yang kemudian dimekarkan menjadi dua. Hal ini diindikatori oleh : 
(a) makam Madyopuro dan Sekarpyro adalah suatu bentang tanah yang dibagi menjadi dua, (b) terdapat dua Ngadipuro,yaitu Ngadipuro Lor dalam Wilayah Desa Sekarpuro dan Ngadipuro Tengah yang kemudian disebut "Madyopuro".
Ada kemungkinan nama kuno dari kedua desa itu adalah "Pamintihan", sebagaimana diberitakan dalam prasasti tembaga (tamraprasasti) bertatikh 1473 Masehi, yang memuat berita penetapan thani (desa) Pamintihan sebagai desa sima (swatantra) yang dianugerahkan kepada seorang pejabat daerah berpangkat "aryya", yakni Aryya Surrung.

Upacara "manusuk sima" ada kemungkinan bertempat di area yang kini menjadi makam Madyopuro-Sekarpuro. Hal diindikatori oleh adanya sang hyang kalumpang berbentuk persegi empat dengan permukaan atas dilengkapi lubang bulat padamana satu berbentuk silubdris (batu suma -- kini telah hilang) ditancapkan. Pada kalumpang ininpula aktifitas membanting telir (mvanting hantlu) dan memotong leher ayam +manetek gulunung hayam) pada prisesi penetapan desa sima dilakukan.

Jarak temuan tempat penyelenggaran situs manusuk sima dengan Situs sekaran kurang dari satu kilo bila ditarik dengan garis lurus. Oleh karena itu, bisa jadi pada abad XV Masehi petmukan kuno di Sekaran itu masuk dalam wilayah desa sima Pamintihan.

Terkait dengan undur nama "sekar (berarti : bunga)" mengingatkan kepada unsur nama "kuduma (juga berarti : bunga)" dari nama "Kusumawarddhani", yakni penguasa nagari Kabalan - disebut juga "Bhre Kabalan", putri mahkota raja Hayam Wuruk.

Nagari Kabalan adalah kerajaan bawahan (vasal Majapahit) di wilayah Malang selain nagari Tumapel. Adanya persamaan arti antara kata "sekar" dan "kusuma" tersebut menggetik kita untuk berhipitesis bahwa sebutan "sekaran" adalah memirinkolektif yang samar-samar atas adanya tokoh di masa lalu, yaitu Kusumawarddhani, sang penguasa nagari Kabalan.

 Pada abad XUV Masehi wilayah ibukota nagari Kabalan sangat mungkin berada di kanan-kiri aliran Kali Amprong, baik di wilayah Dusun Sekaran Desa Sekarpuro maupun Dusun Kebalen Kelurahan Kedungkandang.

B. Kemungkunan Situs Sekaran Kadatwan Nagari Kabalan.

Jika benar demikian, tak tertutup kemungkinan lokasi Ibukota Kerajaan (kadarwan, jedatin, keraton) Nagari Kabalan berada di seberang barat aliran Kali Anprong, yang kini masuk wilayah Dusun Sekaran.

Apakah dengan demikian situs Sekaran adalah kadatwan nagari Kabalan? Perlu penelitian lebih lanjut, karena ekskavasi di Situs Sekaran baru pada tahap permulaan.

Namun demikian, jika menilik karakter arsitektural di Situs Sekaran yang memperlihatkan hunian bangsawan, kemungkunan yang demikian cukup beralasan. Atas dasar arti penting dari sudut tinjauan historis dan karakter arsitekturalnya, maka ekskavasi Situs Sekaran mustib dilanjutkan.

 Terlebih hingga sejauh ini di Malangraya belum ditemukan sutus yang berupa kompleks bullilding yang mengarah kepada reruntuhan istana kerajaan.

Semoga lintas pihak, yakni Pemerintah Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten), dinas terkait (BPCB Jawa Timur, Balar Yogya dan Unuversitas Negeri Malang yang memiliki Jurusan Sejarah), komunitas-komunitas peduli sejarah dan budaya maupun badan usaha pemerintah ataupun swasta tergerakn hatin untuk bersama-sama menangani situs Sekaran dengan model penantan "Publik Arkeologi (Archaeoligical Public)".Papa kabhuktuhi (semoga membuahkan kebuktian). Nyuwun.

#Save-situs Sekaran
Sangkalung, 26 Maret 3019
Griya Ajar CITRALEKHA

Share ulang oleh : Komunitas Netizen Pecinta Seni, Sejarah dan Budaya Tradisional MANDALAKAWI " Pujon - Malang (sangkawi).
Save Situs Sekaran - Malang Save Situs Sekaran - Malang Reviewed by Timexpose on Maret 25, 2019 Rating: 5