Pernahkah Kesurupan atau Dengar Ilmu Perewangan? Benarkah?
Perewangan(kesusupan) adalah istilah menyebut seseorang yang memiliki kemampuan mediumisasi dengan energi astral, kerasukan atau lainya.
Sangat sulit membedakan perewangan itu benar atau tidaknya, mengenai sosok atau tokoh siapa yang bersemayam bagi yang belum mumpuni dalam hal tersebut. Karena, seiring merebaknya pengetahuan akan sosok atau tokoh yang notabene bisa di manfaatkan menjadi sarana, baik untuk suatu kepentingan atau kebutuhan pengakuan bagi seseorang dalam mencari simpati hingga menguasai seseorang lainya.
Semakin maraknya tayangan yang berbau kasusupan dan astral, semakin memicu rasa penasaran, juga menginspirasi bagi seseorang untuk melakukan hal tersebut. Baik dengan embel-embel iseng, sensasi dan ada yang kebih serius sebagai profesi.
Penjiwaan peran di sini akan menjadi modal utama dalam melakukanya. Akan tetapi, tidak begitu sulit sebenarnya untuk membedakan hal tersebut, benarkah kesusupan ataukah berpura-pura?.
Tidak bermaksud menggurui para pembaca setia blog Abdi Budaya "Mandala Kawi". Di sini kembali Sang Kawi ingin berbagi wacana. Di mana wacana ini sudah teruji lebih dari 20 tahun-an.
Sebagai Penghoby berburu misteri, saya dan teman- teman, sudah bukan hal yang asing akan dunia keganjilan, mistis, serta yang gaib- gaib.
Mengingat hoby kami memang unik dan syarat dengan fenomena di luar masuk akal kadangkalanya.
Ada tiga hal yang sederhana bisa di jadikan patokan benar atau tidaknya seseorang dalam keadaan kesusupan (hadir Parewanganya).
1. Mata, mata seorang yang kesusupan astral, akan mempunyai sorot tersendiri, tidak harus terpejam rapat atau melolok sampai kelihatan putihnya dalam maksud menyampaikan wibawanya.
2. Hawa auranya, tidak harus membakar dupa, jemenyan atau memakan bunga dalam menunjukan bahwa inilah bukti entitasnya sudah hadir.
3. Bahasa isyaratnya yang mudah di tangkap serta mengena. Jadi tidak harus membentak- bentak dalam berkata, mengulah vocal, ritme, noot bahkan ulah bahasa dalam bersuara. Yang lain mengikuti dan pasti iya, jika tiga hal di atas dapat di temui pada seorang yang mediumisasi.
Kenapa bukan gaya, tingkah, suara, tutur kata, ramalan, kesaktian dll yang di jadikan rujukan. Alasanya sederhana pula, karena 3 pokok di atas itulah yang tidak bisa di lakukan sekalipun oleh ahli peran.
Yuk, cerdas...jadikan leluhur sebagai teladan di mana tanpanya kita tidak ada apa- apanya. Jadikan kebudayaan tradisional sebagai kebanggaan di mana belum tentu semua bangsa dapat memiliki. Hormati dan lestarikan! Salam Budaya (sk)
Sangat sulit membedakan perewangan itu benar atau tidaknya, mengenai sosok atau tokoh siapa yang bersemayam bagi yang belum mumpuni dalam hal tersebut. Karena, seiring merebaknya pengetahuan akan sosok atau tokoh yang notabene bisa di manfaatkan menjadi sarana, baik untuk suatu kepentingan atau kebutuhan pengakuan bagi seseorang dalam mencari simpati hingga menguasai seseorang lainya.
Semakin maraknya tayangan yang berbau kasusupan dan astral, semakin memicu rasa penasaran, juga menginspirasi bagi seseorang untuk melakukan hal tersebut. Baik dengan embel-embel iseng, sensasi dan ada yang kebih serius sebagai profesi.
Penjiwaan peran di sini akan menjadi modal utama dalam melakukanya. Akan tetapi, tidak begitu sulit sebenarnya untuk membedakan hal tersebut, benarkah kesusupan ataukah berpura-pura?.
Tidak bermaksud menggurui para pembaca setia blog Abdi Budaya "Mandala Kawi". Di sini kembali Sang Kawi ingin berbagi wacana. Di mana wacana ini sudah teruji lebih dari 20 tahun-an.
Sebagai Penghoby berburu misteri, saya dan teman- teman, sudah bukan hal yang asing akan dunia keganjilan, mistis, serta yang gaib- gaib.
Mengingat hoby kami memang unik dan syarat dengan fenomena di luar masuk akal kadangkalanya.
Ada tiga hal yang sederhana bisa di jadikan patokan benar atau tidaknya seseorang dalam keadaan kesusupan (hadir Parewanganya).
1. Mata, mata seorang yang kesusupan astral, akan mempunyai sorot tersendiri, tidak harus terpejam rapat atau melolok sampai kelihatan putihnya dalam maksud menyampaikan wibawanya.
2. Hawa auranya, tidak harus membakar dupa, jemenyan atau memakan bunga dalam menunjukan bahwa inilah bukti entitasnya sudah hadir.
3. Bahasa isyaratnya yang mudah di tangkap serta mengena. Jadi tidak harus membentak- bentak dalam berkata, mengulah vocal, ritme, noot bahkan ulah bahasa dalam bersuara. Yang lain mengikuti dan pasti iya, jika tiga hal di atas dapat di temui pada seorang yang mediumisasi.
Kenapa bukan gaya, tingkah, suara, tutur kata, ramalan, kesaktian dll yang di jadikan rujukan. Alasanya sederhana pula, karena 3 pokok di atas itulah yang tidak bisa di lakukan sekalipun oleh ahli peran.
Yuk, cerdas...jadikan leluhur sebagai teladan di mana tanpanya kita tidak ada apa- apanya. Jadikan kebudayaan tradisional sebagai kebanggaan di mana belum tentu semua bangsa dapat memiliki. Hormati dan lestarikan! Salam Budaya (sk)
Pernahkah Kesurupan atau Dengar Ilmu Perewangan? Benarkah?
Reviewed by Timexpose
on
September 07, 2016
Rating: