Salang: DPD Seperti Bayi Yang Minta Dikasihani
NEWS - Direktur Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi), Sebastian Salang, menyayangkan adanya ribut-ribut yang dilakukan oleh senator dihadapan publik. Menurut Salang, DPD baru terdengar kiprahnya saat ada berita negatif di Lembaga tersebut.
Padahal, menurut Salang, DPD belum pernah menorehkan catatan keberhasilan atas isu daerah yang diperjuangkan sejak didirikan pada tahun 2004 lalu.
"Seperti bayi, (DPD) terus merengek minta belas kasihan agar kekuasaannya ditambah. Dengan kewenangan yang minim saja, tak ada prestasi yang bisa ditunjukkan. Padahal isu daerah, masalah perbatasan seabrek," ujar Sebastian dalam pembicaraan, Senin (03/04/2017) malam.
"Kericuhan itu semakin menambah rasa muak publik pada lembaga ini. Oleh karena, mereka sibuk bahkan sampai adu jotos demi merebut kekuasaan," imbuhnya.
Keberadaan DPD, lanjut Sebastian, tidak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di daerah, sebab belum pernah terasa aspirasi dan kepentingan daerah diperjuangkan di tingkat nasional. Dia malah menyarankan agar keberadaan DPD dikaji ulang. Apalagi saat ini sudah banyak anggota DPD yang bergabung dengan partai politik.
"Dengan rangkaian persoalan yang menimpa lembaga itu, rasanya perlu untuk evaluasi secara serius keberadaannya (DPD), masih perlu atau tidak. kalau masih perlu, diperkuat kewenangannya. Sebaliknya, jika tidak ya dibubarkan saja. Toh mayoritas anggotanya kini telah bergabung di partai politik. Sisanya, para penikmat kekuasaan yang senang berada di zona nyaman," tuturnya.
Sementara, salah satu peneliti Formappi Lucius Karus menilai bahwa kisruh yang dipertontonkan DPD akhirnya membuat DPD menjadi medan pertempuran kepentingan. "Ketika sebagian besar anggota DPD menjadi bagian dari parpol, maka hampir pasti corak politik yang akan menjadi dasar pembuatan keputusan," ujar Lucius.
Dengan menguasai posisi pimpinan DPD, lanjutnya, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan politisi untuk kepentingan politiknya. Apalagi, menurut Lucius, kursi pimpinan DPD adalah posisi yang strategis. Karena itu, kepentingan partai politik yang membuat posisi pimpinan dan jabatan DPD dianggap sesuatu yang mahal dan harus diperjuangkan.
"Kepentingan parpol yang membuat kursi dan jabatan DPD dianggap sesuatu yang mahal dan membuat perebutan kursi pimpinan menjadi sesuatu yang mutlak diperjuangkan," katanya.
Jika yang dikatakan Lucius benar, lalu dimanakah posisi DPD sebagai faktor menyeimbang DPR? (hdew)
《《《 baca sebelumnya baca selanjutnya 》》》
Foto : kompas
Padahal, menurut Salang, DPD belum pernah menorehkan catatan keberhasilan atas isu daerah yang diperjuangkan sejak didirikan pada tahun 2004 lalu.
"Seperti bayi, (DPD) terus merengek minta belas kasihan agar kekuasaannya ditambah. Dengan kewenangan yang minim saja, tak ada prestasi yang bisa ditunjukkan. Padahal isu daerah, masalah perbatasan seabrek," ujar Sebastian dalam pembicaraan, Senin (03/04/2017) malam.
"Kericuhan itu semakin menambah rasa muak publik pada lembaga ini. Oleh karena, mereka sibuk bahkan sampai adu jotos demi merebut kekuasaan," imbuhnya.
Keberadaan DPD, lanjut Sebastian, tidak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di daerah, sebab belum pernah terasa aspirasi dan kepentingan daerah diperjuangkan di tingkat nasional. Dia malah menyarankan agar keberadaan DPD dikaji ulang. Apalagi saat ini sudah banyak anggota DPD yang bergabung dengan partai politik.
"Dengan rangkaian persoalan yang menimpa lembaga itu, rasanya perlu untuk evaluasi secara serius keberadaannya (DPD), masih perlu atau tidak. kalau masih perlu, diperkuat kewenangannya. Sebaliknya, jika tidak ya dibubarkan saja. Toh mayoritas anggotanya kini telah bergabung di partai politik. Sisanya, para penikmat kekuasaan yang senang berada di zona nyaman," tuturnya.
Sementara, salah satu peneliti Formappi Lucius Karus menilai bahwa kisruh yang dipertontonkan DPD akhirnya membuat DPD menjadi medan pertempuran kepentingan. "Ketika sebagian besar anggota DPD menjadi bagian dari parpol, maka hampir pasti corak politik yang akan menjadi dasar pembuatan keputusan," ujar Lucius.
Dengan menguasai posisi pimpinan DPD, lanjutnya, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan politisi untuk kepentingan politiknya. Apalagi, menurut Lucius, kursi pimpinan DPD adalah posisi yang strategis. Karena itu, kepentingan partai politik yang membuat posisi pimpinan dan jabatan DPD dianggap sesuatu yang mahal dan harus diperjuangkan.
"Kepentingan parpol yang membuat kursi dan jabatan DPD dianggap sesuatu yang mahal dan membuat perebutan kursi pimpinan menjadi sesuatu yang mutlak diperjuangkan," katanya.
Jika yang dikatakan Lucius benar, lalu dimanakah posisi DPD sebagai faktor menyeimbang DPR? (hdew)
《《《 baca sebelumnya baca selanjutnya 》》》
Salang: DPD Seperti Bayi Yang Minta Dikasihani
Reviewed by Timexpose
on
April 04, 2017
Rating: